Ad Code

Responsive Advertisement

Ketika Anak Bertumbuh, Hati Kita Ikut Sembuh

Menjadi ibu bukan hanya tentang membesarkan anak. Di saat yang sama, tanpa kita sadari, kita sedang membesarkan kembali bagian diri kita yang pernah terluka, pernah runtuh, atau pernah merasa tidak cukup. Kita merawat seorang anak, dan di sela-sela itu, kita juga sedang merawat diri yang dulu pernah menangis diam-diam.

Kita mungkin datang ke perjalanan ini dengan masa lalu yang tidak selalu ramah. Ada didikan yang keras, ada pengalaman yang membekaskan takut, ada standar-standar yang menempel sampai dewasa. Lalu ketika menjadi ibu, kita tiba-tiba dihadapkan pada cermin yang paling jujur: anak kita.

Ia memantulkan kembali luka yang kita kira sudah hilang — rasa takut ditolak, rasa tidak dianggap, rasa ingin dimengerti. Dan anehnya, proses merawat merekalah yang membuat semua itu muncul ke permukaan.

ibu dan anak saling menggenggam dan menguatkan

Kita Tidak Pernah Benar-Benar Siap, dan Itu Tidak Apa-Apa

Tidak ada yang mengajarkan kita bagaimana merawat batin sendiri sambil mengasuh manusia kecil yang sepenuhnya bergantung pada kita. Ada hari-hari ketika tubuh lelah, pikiran penuh, dan hati terasa sesak. Kita tetap berdiri, tetap memeluk, tetap memasak, tetap tersenyum, bahkan ketika di dalam dada ada bagian yang ingin rebah dan diam lama-lama.

Dan di situ kita belajar sesuatu: ternyata kita selama ini lebih kuat daripada yang kita bayangkan.

Menjadi Ibu Mengajak Kita Bertemu Diri Sendiri yang Lama

Saat anak menangis keras karena hal kecil, kita tersentuh oleh memori tentang diri kecil yang dulu tak pernah punya ruang untuk menangis. Saat anak minta dipeluk, kita sadar betapa dulu kita tidak tahu rasanya dipeluk dengan hangat. Saat anak marah dan kita memilih sabar — kita sedang memutus rantai yang dulu mungkin menyakiti kita.

Setiap keputusan baik yang kita ambil untuk anak kita, adalah bentuk permintaan maaf tak terucap kepada diri kecil kita.

ibu dan anak saling menggenggam tangan

Kita Tidak Sempurna — Tapi Kita Sedang Berubah

Ada hari ketika kita marah dan menyesal setelahnya. Ada hari ketika kita ingin kabur dari semuanya. Ada hari ketika kita merasa menjadi ibu adalah peran yang terlalu berat untuk jiwa yang masih belajar ini.

Dan tetap saja… kita bangun lagi keesokan pagi. Kita mulai lagi dari nol. Kita mencoba lagi meski kemarin gagal. Di situlah proses penyembuhan pelan-pelan bekerja — lewat pengulangan, lewat keberanian untuk tidak menyerah.

Kita Sedang Menyembuhkan Garis Keturunan Itu

Ketika kita memilih mendengar, bukan membentak. Ketika kita memilih memeluk, bukan mengabaikan. Ketika kita memilih menjelaskan, bukan mengancam. Ketika kita memilih hadir, bukan sekadar ada.

Kita bukan hanya membesarkan anak — kita sedang memperbaiki sejarah keluarga.

Yang dulu salah tidak harus terulang. Yang dulu menyakitkan tidak harus diwariskan.

ibu dan anak saling berpelukan

Tidak Ada Ibu yang Selesai Belajar — dan Itu Bukan Kekurangan

Mungkin luka kita belum sembuh sepenuhnya. Mungkin kita masih belajar mengampuni masa lalu. Mungkin kita masih sering menangis diam-diam.

Tapi kita terus berjalan. Kita tetap mencintai sambil belajar mencintai diri sendiri. Kita tetap berusaha meski belum selesai menyembuhkan diri.

Dan itu sudah luar biasa.

Kita Sedang Bertumbuh Bersama Anak-Anak Kita

Anak kita akan tumbuh, dan kita pun begitu. Mereka belajar berbicara, sementara kita belajar memaafkan. Mereka belajar berjalan, sementara kita belajar berdamai dengan diri sendiri. Mereka belajar dunia dari awal, sementara kita belajar hati dari ulang.

Pelan, pelan sekali — tapi nyata.

Jika suatu hari nanti kita menoleh ke belakang, kita akan melihat betapa jauh kita telah berjalan. Bukan karena kita sempurna, tapi karena kita tidak berhenti.

Menjadi ibu bukan akhir dari diri kita. Ia adalah jalan panjang yang tanpa kita sadari sedang mengembalikan kita menjadi diri yang lebih lembut, lebih tenang, dan lebih utuh daripada sebelum perjalanan ini dimulai.

Terima kasih, untuk diri kita sendiri. Terima kasih karena bertahan di hari-hari ketika rasanya ingin menyerah. Terima kasih karena tetap memilih mencintai meski hati tidak selalu kuat. Terima kasih karena terus mencoba memperbaiki hal-hal yang dulu pernah melukai.

Kita mungkin belum sembuh sepenuhnya, tapi kita tetap berjalan. Dan itu sudah tanda betapa hebatnya kita sebagai seorang ibu.

Peluk diri kita yang masih belajar, karena sejauh ini saja — kita sudah luar biasa. ❤︎

Posting Komentar

0 Komentar

Artikel 1
Artikel 2
Artikel 3
Artikel 4
Loading zikir...
Astaghfirullah wa atubu ilaih 🌸
Loading quote...

Ad Code

Responsive Advertisement