Usia 2–3 tahun sering dibilang golden age anak. Tapi untuk sebagian besar ibu, fase ini juga bisa terasa seperti ladang ujian. Ada cinta yang meluap, tapi ada juga amarah yang kadang meledak tanpa bisa dicegah.
Kenapa, ya? Padahal kita tahu mereka masih kecil. Tapi kenapa rasanya kesabaran cepat sekali habis?
Mungkin karena di usia itu, anak lagi banyak-banyaknya eksplorasi.
Lagi hobi bilang "nggak", hobi lari saat disuruh diam, hobi teriak saat diminta tenang. Mereka belum tahu cara menyampaikan perasaan dengan kata-kata, jadi semua keluar dalam bentuk tangisan, tantrum, atau tindakan impulsif.
Dan kita?
Kita juga manusia.
Yang tidur malamnya sering terganggu.
Yang makan kadang sambil berdiri.
Yang pikiran penuh, antara cucian belum selesai, masakan belum matang, anak belum mandi, dan deadline yang terus mengejar.
Kalau hati lagi penuh, bentakan kecil bisa jadi pelampiasan. Padahal setelahnya, hati kita ikut luka.
Jadi sebenarnya bukan cuma tentang anak yang "lagi susah diatur".
Tapi tentang ibu yang sedang kelelahan, yang butuh jeda, tapi sering merasa gak punya pilihan selain terus kuat.
💛 Maka, hari ini aku ingin bilang:
Kalau kamu pernah merasa gampang meledak, kamu bukan ibu yang buruk.
Kamu ibu yang sedang berproses.
Yang juga butuh peluk, bukan caci maki.
Yang juga butuh istirahat, bukan sekadar disuruh sabar.
Mungkin kita gak bisa menghindari fase ini. Tapi kita bisa berjalaninya dengan lebih sadar.
Tarik napas. Minta tolong. Istirahat sebentar kalau bisa.
Dan terus ingat, bahwa kamu sudah luar biasa sejauh ini.
Kamu gak sendiri, ya.
Peluk dari jauh, ibu hebat 💛
Lalu, gimana caranya biar emosi kita gak gampang meledak?
Gak ada cara yang bisa langsung bikin kita jadi ibu paling sabar sedunia, tapi pelan-pelan… kita bisa belajar meredakan badai kecil itu. Ini beberapa hal yang bisa bantu:
1. Sadar kalau kita juga butuh istirahat
Kadang kita meledak bukan karena anaknya "nakal", tapi karena fisik dan mental kita udah exhausted. Jangan ragu minta tolong, ambil jeda, atau tidur siang bareng anak kalau bisa. Recharge itu bukan egois itu penting.
2. Kenali pemicu emosimu
Apakah kamu gampang emosi saat rumah berantakan? Saat belum makan? Saat banyak suara sekaligus?
Kenali trigger pribadimu, supaya kamu bisa lebih waspada ketika tanda-tandanya mulai muncul.
3. Sediakan “jeda darurat” buat diri sendiri
Saat kamu merasa mau meledak, ambil jeda sejenak. Tarik napas 3x, duduk sebentar, atau pergi ke ruangan lain selama beberapa menit. Percaya deh, itu bisa jadi penolong banget daripada langsung teriak.
4. Turunkan ekspektasi
Anak 2–3 tahun memang belum bisa "diatur" layaknya orang dewasa. Mereka lagi belajar segalanya. Kalau kita turunkan standar dan ekspektasi (terutama soal kerapian, ketaatan, dan ketenangan), hati kita lebih ringan.
5. Bangun rutinitas yang menenangkan
Misalnya: zikir pagi sebelum anak bangun, secangkir teh hangat di sore hari, mendengarkan murottal saat hati mulai panas. Hal kecil tapi bisa bikin batin lebih tenang.
6. Peluk anak, bahkan saat kamu ingin marah
Ini tips yang paling susah tapi paling dalam efeknya.
Kadang saat anak rewel banget dan kita udah mau meledak, cobalah peluk dia.
Bilang: “Ibu sayang kamu, tapi ibu lagi capek.”
Pelukan itu bisa menurunkan tensi emosi baik di hati ibu maupun anak.
Kesabaran itu bukan bawaan lahir, tapi latihan harian.
Latihan yang kadang bikin lelah, tapi juga mendewasakan.
Latihan yang gak selalu berhasil, tapi setiap niatnya Allah catat sebagai amal.
Dan kita semua, ibu-ibu di dunia ini sedang sama-sama belajar setiap hari.
Belajar memahami anak, belajar memahami diri sendiri, belajar mengelola emosi, dan belajar memaafkan saat kita tidak jadi versi terbaik dari diri kita.
Jangan lelah jadi ibu yang terus tumbuh.
Karena setiap upaya kecilmu Allah lihat, dan anakmu akan mengenangnya dengan cinta.
Bukan karena kamu sempurna, tapi karena kamu selalu hadir, mencoba, dan mencintai tanpa batas.
💛
Hari ini, kalau kamu merasa gagal, istirahatlah sebentar.
Kalau kamu merasa bersalah, istighfar pelan-pelan.
Dan kalau kamu merasa tak dihargai, ingatlah, setiap detik yang kamu jalani, setiap lelah yang kamu pendam, bisa menjadi jalanmu menuju ridha Allah.
Karena merawat, mendidik, dan mencintai anak dengan sepenuh hati… adalah bagian dari ibadah yang tak selalu terlihat, tapi sangat dihitung di sisi-Nya.
Peluk dari jauh, untuk kamu yang sedang berjuang diam-diam.
Semoga Allah kuatkan, cukupkan, dan bahagiakan hatimu dengan cara-Nya yang paling indah.
♡ Ana
0 Komentar